Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.
(Amsal 22:15)
Keluarga adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak. Inilah yang disebut dengan keluarga kecil atau keluarga inti. Keluarga Adam-Hawa adalah keluarga pertama di dunia ini yang dibentuk oleh Allah sendiri (Kejadian 1:27-29). Keluarga merupakan tempat pertama untuk bertumbuh, baik secara fisik, akal budi, hubungan sosial, kasih, maupun kerohanian. Dari dalam keluarga-lah, Allah membentuk orang-orang untuk menjadi dampak yang besar bagi dunia. Oleh karena itu keluarga adalah tempat pertama kali anak mendapatkan pendidikan atau belajar mengenal Tuhan dan firmanNya. Keluarga adalah tempat pertama kalinya firman Tuhan mula-mula disemai. Dalam lembaga keluarga-lah Ayah, Ibu dan anak-anak pertama-tama menerapkan kasih Tuhan dan bertumbuh dalam kehidupan bersama Tuhan. Maria dan Yusuf, Ibu dan nenek Timotius, serta Hana dan Elkana merupakan contoh dari figur orang tua yang patut kita teladani dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Mereka itu bukanlah orang-orang yang sempurna, akan tetapi dalam tindakan mereka, kita dapat melihat iman mereka berperan besar dalam menjalani peran sebagai orang tua sekaligus anggota keluarga yang saling mendukung satu sama lain.
Proses pendidikan sebaiknya berlangsung dan dilakukan sedini mungkin dalam Keluarga Kristen. Karena pendidikan yang baik dan berkualitas akan menentukan kualitas dari generasi yang akan datang. Maka itu tidak-lah heran jika keberhasilan suatu bangsa dan masyarakat itu ditentukan dari keberhasilan sebuah keluarga dalam membina watak dan karakter dari masing-masing anggota keluarganya. Pendidikan dalam keluarga merupakan proses belajar seumur hidup yang tidak dibatasi oleh ruang, waktu maupun usia. Semua proses belajar bertujuan untuk meningkatkan berbagai aspek pengetahuan individu (baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik).
Pendidikan yang kita teladani dari Alkitab, tujuannya adalah supaya kita belajar untuk melakukan. Jadi, sebagai orangtua kita memberikan teladan melalui hidup beriman kita supaya anak-anak belajar dan melakukan kebenaran Firman Tuhan yang kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga. Sejak Perjanjian Lama, Allah telah mengingatkan pentingnya pendidikan bagi anak-anak. Musa mengingatkan hal ini kepada para orang tua:
"Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu." (Ulangan 4:9)
"Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu, dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu." (Ulangan 6:6-9)
Semua perintah Allah merupakan nilai-nilai yang harus diajarkan secara berulang-ulang. Dengan pengulangan demikian, maka materi yang diajarkan akan tertanam sehingga dapat ditentukan dalam tingkah laku. Pendidik yang sejati bagi setiap manusia adalah Allah sendiri. Pendidikan dengan demikian menjadi sebuah misi luar biasa jika hal itu dilakukan dalam kemitraan dengan dan bersama Allah. Kita sebagai orangtua bisa berperan sebagai saluran darah kehidupan dari kasih Allah kepada anak-anak kita. Jika saluran ini tertutup dari Tuhan, maka Ibu dan Ayah kehilangan kemampuan untuk mendidik dengan benar. Karena itu penting bagi orangtua untuk menyadari akan peran Roh Kudus dalam pembentukan karakter dari anak-anak. Doa adalah kondisi pertama untuk mendidik, karena dalam doa kita memberi diri kita kepada Tuhan. Dalam doa pula kita selaku orangtua mempercayakan anak-anak kita kepada Tuhan, karena Dia-lah yang terlebih dulu mengetahui anak-anak kita lebih baik dari pada kita, dan Dia tahu persis apa yang terbaik untuk anak-anak kita.
Pendidikan di rumah sangatlah penting, kita tidak boleh bergantung kepada pendidikan anak di sekolah saja. Memang ada banyak pendidikan-pendidikan lain yang diperlukan anak-anak untuk bekal dalam bermasyarakat. Ada banyak sarana belajar untuk mengembangkan diri. Salah satunya, menurut Alkitab, adalah belajar dari sesama kita. "Besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17). Kita sebagai makhluk sosial, maka ituTuhan juga ingin kita bisa belajar dari orang lain. Kita bisa melihat dan juga merenungkan akan kehidupan orang-orang di sekitar kita, kita pasti akan mendapatkan satu pelajaran berharga dari hidup mereka. Jadi, secara implisit Amsal 27:17 tadi juga mengarahkan kita untuk menjadi manusia yang hidup dan kehidupannya dapat dipelajari oleh orang lain atau dengan kata lain hidup dan kehidupan kita juga bisa dipakai sebagai sarana belajar oleh orang lain. Kita tidak hanya diminta untuk terus belajar dari orang lain, akan tetapi kita juga perlu memperlengkapi hidup kita supaya hidup kita bisa menjadi bahan pelajaran bagi orang lain. Sebagai ayah dan ibu, sebagai orangtua dari anak-anak kita, maka kita perlu menjadikan diri kita, yaitu : perkataan, pikiran dan tingkah-laku sebagai sarana belajar bagi anak-anak kita. Sikap takut dan hormat akan Tuhan, kejujuran, kedisiplinan, ketegasan, sopan-santun, kesederhanaan, keadilan, dll. yang baik dan benar adalah merupakan sikap hidup, karakter yang nantinya dipelajari oleh anak-anak kita. Pendidikan dalam keluarga itu harus diberikan oleh orang-tua kepada anak, yaitu dengan memberikan contoh perilaku, tidak cukup hanya dengan kata-kata saja. Jika orang-tua tidak bisa bersikap disiplin, maka jangan-lah kita berharap anak-anak kita akan bertumbuh menjadi orang – orang dewasa yang disiplin.
Anak-Anak juga memiliki potensi untuk membawa pengaruh bagi lingkungan sekitarnya. Keberhasilan pendidikan bukan hanya berdampak pada perubahan bagi hidup individu anak-anak kita saja, akan tetapi juga turut mempengaruhi kepada komunitasnya dan pada akhirnya pada generasi yang baru. "Setiap anak adalah seorang pemimpin yang berpotensi; dalam setiap anak tersimpan potensi luar biasa untuk memberi pengaruh kepada orang lain." (Elmore). Jadi, seperti dalam Teori Tabula Rasa, yaitu bahwa bayi yang baru lahir itu ibarat secarik kertas putih. Maka bagaimana wujud atau isi dari kertas putih itu akan bergantung pada bagaimana kertas itu kelak ditulis. Apa pun yang digoreskan dalam hidup anak-anak kita itu akan memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan di masa depannya.
Bila seorang anak dibesarkan menurut prinsip-prinsip Alkitab, maka mareka cenderung akan tetap mengikuti prinsip tersebut dalam kehidupannya yang selanjutnya. Orang tua bertanggung jawab atas pelatihan dan pendisiplinan yang tepat bagi anak-anak sampai masa mereka dewasa. Sehingga kita sebagai orangtua akan bangga ketika mengetahui bahwa anak-anak itu sudah dewasa dengan karakter yang baik dan mampu hidup mandiri serta tidak lagi tergantung pada orang-tuanya. Ingatlah akan pesan Alkitab kepada kita semua para orang tua : Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. (Amsal 22:6) ; Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya. (Amsal 22:15) ; Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. (Efesus6:4) ; ... seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan di hormati oleh anak-anaknya.(1Timotius 3:4).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar