BUAH-BUAHAN
KHAS KALIMANTAN SELATAN
1) BUAH MUNDAR (Manggis Merah)
Garcinia Forbesii (Mundar) merupakan jenis manggis yang terdapat di hutan alami, namun saat ini mulai dibudidayakan di kebun.
Buah mundar atau manggis merah merupakan kerabat manggis dengan buah yang lebih kecil. Bentuk buahnya bulat, kulit berwarna merah dan tipis dengan isi putih dengan rasa yang manis asam.
Mundar berbuah lebih produktif dibanding manggis. Sepanjang ranting muncul buah berkelompok dua sampai tujuh butir.
2) BUAH UCONG (Belimbing Merah)
Buah Ucong yang memiliki nama Latin (Baccaurea angulata) merupakan sejenis buah anggota suku Phyllanthaceae (dulu: Euphorbiaceae) dan berasal dari dari Kampung Sanjan, Sungai Mawang, Kapuas, Sanggau.
Buah ini masih sekerabat dengan menteng dan rambai, tetapi bentuk luarnya serupa dengan belimbing, dengan kulit yang lebih tebal dan berwarna merah menyala.
Buah ini menyebar terbatas (endemik) di Pulau Kalimantan, buah ini memiliki warna merah sehingga ada yang menyebutnya belimbing merah atau belimbing darah.
Ada juga yang menyebutnya dengan istilah belimbing hutan.
3. BUAH RAMANIA
Buah Ramania adalah nama lokal dari buah gandaria yang sangat digemari dari anak-anak hingga orang tua di Kalimantan Selatan, sedangkan penyebarannya di seluruh kepualuan Indonesia sampai ke Malaysia.
Buah ramania dimanfaatkan buah, daun, dan batangnya. Buah ini salah satu buah langka asli Indonesia, buah ramania juga terkenal di berbagai negara lain, seperti Filipina, Thailand, dan Malaysia. Buah ini masih bisa dijumpai pada saat musim buah di akhir tahun, walaupun tidak terlalu banyak. Buahnya bulat berwarna hijau kuning, bergerombol di satu ranting. Buah yang matang bisa dikonsumsi yang berwarna kekuningan. Daging buah ramania berwarna kekuningan dan memiliki biji di bagian tengahnya.
Rasa buah asam dan manis, serta memiliki bau terpenting yang sangat khas. Buah ramania terbagi dua jenis, yakni hintalu yang memiliki rasa lebih asam dan pipit dengan rasa manis dan daging buahnya lebih gelap.
4. BUAH MANGGA KASTURI
Mangga Kasturi adalah satu jenis mangga yang kini sulit ditemukan. Mangga kasturi merupakan flora identitas Kalimantan Selatan ini telah ditetapkan oleh tim penilai dari World Conservation Monitoring Centre pada tahun 1998 dalam kategori extinct in the wild atau punah in situ yang artinya punah di habitat aslinya yaitu alam liar.
Mangga kasturi memiliki nama latin Mangifera casturi Kosterm. Buah ini pertama kali kali dideskripsikan oleh Kostermans pada tahun 1993 yang saat itu meneliti spesimen mangga kasturi di Herbarium Bogor Rience, Pusat Penelitian Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Kabupaten Bogor.
Mangga kasturi sudah tidak ditemukan di habitat aslinya, juga di hutan-hutan wilayah lain. Bahkan, mangga ini tidak ada di negara lain sehingga dapat dikatakan sebagai jenis mangga asli Indonesia.
Penyebaran mangga kasturi memang terbatas hanya di kebun campuran di Desa Mataraman, Kecamatan Mataraman, Kabupaten Banjar. Umumnya, kebun campuran ditumbuhi tanaman padi dan diselingi pohon mangga kasturi yang usianya sudah lebih dari 50 tahun, itupun sebenarnya tidak sengaja ditanam warga.
Buah ini juga banyak ditemukan di Kabupaten Banjar dan hulu Sungai Selatan, serta dapat tumbuh di lahan kering dan lahan rawa pasang-surut. Mangga kasturi biasanya panen pada awal musim hujan dan melimpah pada bulan Januari. Namun, karena banyak pohonnya sudah tua maka produktivitas pun semakin menurun.
SATRUP HAMALAU dari Kandangan
Melihat melimpahnya berbagai macam buah lokal tersebut, membuat Hamidah dan suami, warga Hamalau, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), mencoba memanfaatkan potensi tersebut, menjadi berbagai macam aneka minuman.
Salah satunya adalah sirup atau warga Kalsel biasanya menyebut "satrup" dengan berbagai varian rasa buah endemik.
Sirup produksi Hamidah tentu berbeda dengan sirup yang sudah beredar di pasaran, karena berasal dari buah endemik khas Kalimantan, yaitu dari buah cempedak (tiwadak) dan kuini, produk sirupnya pun sukses dipasarkan dengan label "Satrup Hamalau".
Sirup produksi Hamidah tentu berbeda dengan sirup yang sudah beredar di pasaran, karena berasal dari buah endemik khas Kalimantan, yaitu dari buah cempedak (tiwadak) dan kuini, produk sirupnya pun sukses dipasarkan dengan label "Satrup Hamalau".
Hamidah gigih dengan mencoba survei di pasar untuk melihat rasa sirup apa yang belum pernah dijadikan varian rasa sirup. Dia pun akhirnya memiliki ide untuk menjadikan buah khas Kalimantan yaitu cempedak dan kuini sebagai varian rasa sirup produksinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar