Senin, 12 Juni 2023

Renungan : BERANI BERSAKSI BAGI YESUS









BERANI BERSAKSI BAGI YESUS




Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku
–Matius 10:38

Bacaan Alkitab : Yohanes 13:36-38; 
21:18-19


Pada tahun 155 m, bapa gereja mula-mula Polikarpus diancam akan dibakar hidup-hidup karena imannya kepada Kristus. Ia menjawab, “Selama delapan puluh enam tahun aku menjadi hamba-Nya, Dia tidak pernah berbuat salah kepadaku. Bagaimana mungkin sekarang aku menghujat Rajaku yang telah menyelamatkanku?” Respons Polikarpus dapat menjadi inspirasi bagi kita saat menghadapi ujian ekstrem karena iman kita kepada Tuhan Yesus, Raja kita.

Hanya beberapa jam sebelum kematian Yesus, Petrus dengan berani berjanji setia kepada Kristus: “Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!” (Yoh. 13:37). 

Yesus, yang mengenal Petrus lebih daripada Petrus mengenal dirinya sendiri, menjawab, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali” (ay. 38). 

Namun, setelah kebangkitan Yesus, pribadi yang pernah menyangkali-Nya itu kembali melayani Dia dengan berani dan akhirnya memuliakan Dia melalui kematiannya sendiri (lihat 21:16-19).


Apakah Anda seorang Polikarpus atau Petrus? Kebanyakan dari kita, jika mau jujur, lebih mirip Petrus dengan “keberanian yang mudah padam”. Kita gagal berbicara atau bertindak selayaknya orang yang percaya kepada Yesus. Peristiwa-peristiwa tersebut—baik terjadi dalam ruang kelas, kantor, atau pembicaraan dengan orang lain—tidak perlu menjadi penentu identitas kita selamanya. Setelah gagal, kita harus bangkit kembali dengan sungguh-sungguh berpaling kepada Tuhan Yesus, yang telah mati dan bangkit bagi kita. Dia akan menolong kita untuk setia kepada-Nya dan berani menjalani hidup bagi-Nya, hari demi hari di dalam keadaan-keadaan yang sulit sekalipun. ✝️✝️✝️




RENUNGKANLAH :
Kapan Anda membutuhkan keberanian ekstra untuk bersaksi bagi Yesus? 
Menurut Anda, hal apa yang mendukung atau memperkuat kesaksian Anda bagi-Nya?



BERDOALAH :
Bapa Surgawi, ampuni aku jika aku pernah takut dan mengkhianati-Mu dengan perkataan atau tindakanku. Aku membutuhkan kekuatan dari-Mu untuk hidup berani sebagai orang percaya.



WAWASAN :
Perkataan Petrus kepada Yesus di Yohanes 13:37 menunjukkan kesalahpahamannya tentang sosok sejati sang Guru. Petrus memang tulus berniat untuk menyerahkan nyawanya bagi rajanya, tetapi ia tidak mau melakukannya jika sang raja mati secara sukarela. Petrus siap melawan para penjajah Romawi, dan ia memang melakukannya. Setidak-tidaknya, ia berusaha melakukannya.

Dalam Yohanes 18, tidak lama setelah Yesus memberi tahu Petrus bahwa ia akan menyangkal-Nya, mereka berdiri di sebuah taman yang dikepung serdadu Romawi. Seakan ingin membuktikan kerelaannya untuk mati bagi Yesus, Petrus langsung beraksi, menghunus pedangnya, dan menyerang salah seorang serdadu.

Para murid—dan banyak orang percaya setelah mereka—tidak memahami misi Yesus. Dia datang bukan untuk meraih kekuasaan, dominasi, dan kendali, tetapi untuk mengesampingkan semua itu. Sebagaimana ditulis Yohanes bertahun-tahun kemudian di kitab terakhir dalam Alkitab, Raja kita bukanlah singa yang jaya, melainkan domba yang telah disembelih (Wahyu 5:5-6).
 –Jed Ostoich



Tidak ada komentar: